ASEAN punya sistem kolaborasi penanganan pelecehan terhadap anak. Ini bisa disadur untuk menangani pelecehan daring.

Akses yang mudah terhadap media sosial memberikan dampak besar bagi anak-anak. Kendati bermanfaat, bahaya media sosial juga sangat besar.

Sosok pelaku kekerasan secara daring bisa saja dianggap sebagai pribadi yang menyenangkan oleh korban.

Kekerasan berbasis jender daring semakin mengancam perempuan dan anak. Perlindungan dan literasi digital harus terus dilakukan agar perempuan dan anak tidak mudah terjebak oleh bujuk rasa pelaku.

Kekerasan berbasis jender di ranah daring menjadi keprihatinan bersama. Selain meningkatkan literasi digital, perempuan dan anak perlu terus didukung agar berani melawan dan melaporkan kasus kekerasan yang menimpanya.

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak kini berkembang melalui berbagai media sosial. Sebagian besar korban merupakan remaja perempuan.

Pembatasan kegiatan di masa pandemi jadi celah bagi pelaku kejahatan berbasis jender daring. Sejumlah perempuan dan anak-anak jadi korban, diperdaya oleh pelaku. Namun payung hukumnya hingga kini belum ada.

Kaum perempuan perlu memiliki literasi digital sebelum memutuskan untuk mengakses media daring dan media sosial. Ini mengingat ancaman pelaku-pelaku kekerasan yang tidak dikenal di ranah virtual terus mengintai.