Menu
Cari
Mobile App
Kirim Opini
Kompaspedia
Gerai
Institute
Weekend
Beranda
Polhuk
Pilkada 2024
Ekonomi
Wirausaha
Opini
Artikel Opini
Analisis Ekonomi
Analisis Budaya
Analisis Politik
Kolom
Tajuk Rencana
Surat Pembaca
Humaniora
Dikbud
Ilmiah Populer
Iptek
Kesehatan
Dana Kemanusiaan Kompas
Nusantara
Metro
Internasional
Olahraga
Tokoh
Sosok
Wawancara
Figur
Nama & Peristiwa
Gaya Hidup
Kendara
Gawai
Kuliner
Mode
Properti
Riset
Kajian Data
Linimasa
Survei
Investigasi
Tutur Visual
Video
Video Berita
Program
Dokumenter
Lainnya
epos
Resi Ramabargawa mengayunkan kapaknya ke tubuh Prabu Arjunasasrabahu dan Raja Maespati itu pun tewas. Resi Ramabargawa meratap, mengapa Prabu Arjunasasrabahu, yang diharap mengakhiri perjalanannya, justru mendahuluinya.
Bagikan
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 152)
Resi Ramabargawa mengayunkan kapaknya ke tubuh Prabu Arjunasasrabahu dan Raja Maespati itu pun tewas. Resi Ramabargawa meratap, mengapa Prabu Arjunasasrabahu, yang diharap mengakhiri perjalanannya, justru mendahuluinya.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 151)
Prabu Arjunasasrabahu terdiam. Kata-kata Resi Ramabargawa dirasakannya sebagai pisau yang membedah dan menguliti dirinya. Semua keberhasilan itu bukan oleh keringatnya, tetapi berkat jasa Sumantri.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 150)
Setelah melepaskan Rahwana, dan Maespati menjadi sepi, Prabu Arjunasasrabahu selalu berpikir, satu-satunya yang harus ia jalankan adalah mencari jalan menuju mati. Pasti jalan itu bukan jalan bunuh diri atau perang lagi.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 149)
Prabu Arjunasasrabahu tiba-tiba berpikir mengenai kuasa waktu. Siapa yang bisa memastikan orang jahat akan mati, kecuali waktu sendiri? Siapa yang bisa menjamin kebaikan tak akan mati, jika waktu menghendakinya mati?
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 148)
Meski manusia telah merusak dan menghancurkannya, alam tidak pernah menyerah untuk memberi dan memberi lagi. Alam tahu, dalam semesta ini kebaikan selalu berdampingan dengan keangkaramurkaan.
Sastra
路
Iklan
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 147)
Sejenak Prabu Arjunasasrabahu berpikir, raksasa yang dahsyat itu kiranya hanya bisa diperdaya dengan kekuatan yang ada pada dirinya. Bagaimana membuat kekuatan itu lunglai dengan sendirinya?
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 146)
Dari jauh Prabu Arjunasasrabahu memandang, laut menjadi maut yang menelan mereka, tanpa bekas dan sisa sedikit pun. Ia tak mengira, Dewi Citrawati dan putri-putri Maespati serta Patih Suroto sirna dalam sekejap mata.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 145)
Di lembah itu Dewi Citrawati terserap dalam rasa damai. Lembah kedamaian itu tak mungkin bisa membawanya ke dalam bayangan, bahwa Sumantri telah mati. Ia tersenyum bahagia, mengenang cinta dan hal indah bersama Sumantri.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 144)
Hari sudah menjelang fajar. Dan Rahwana tak berhenti melampiaskan amarahnya. Banyak pasukan Maespati binasa. Mereka yang masih hidup lari tunggang-langgang menyelamatkan diri.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 143)
Rahwana terkesiap. Berapa pun dan anak panah apa pun yang tadi dilepaskan Sumantri, ia tidak takut. Panah-panah itu menebas kepala-kepalanya, tapi tak membuatnya mati, karena aji Pancasona yang menghidupkannya kembali.
Sastra
路
Lihat Lainnya
Iklan