logo Kompas.id
β€Ί
Sastraβ€ΊAnak Bajang Mengayun Bulan...
Iklan

Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 144)

Hari sudah menjelang fajar. Dan Rahwana tak berhenti melampiaskan amarahnya. Banyak pasukan Maespati binasa. Mereka yang masih hidup lari tunggang-langgang menyelamatkan diri.

Oleh
Sindhunata
Β· 2 menit baca
.
SUSILO BUDI

.

Memang Sukrosono sudah lama menanti Sumantri di Mega Malang. Baginya waktu terasa sangat panjang, sampai kesempatan ini datang. Di tempat penantian itu, Sukrosono sudah melepas semua milik dan kesaktian yang pernah dimilikinya. Hanya satu yang dipertahankannya, yakni daya yang tersimpan dalam taringnya yang sebelah kanan. Ia rela untuk melepas semua miliknya. Tapi melepas taring itu ia merasa sayang, karena taring itu menyimpan kenangan indah yang tak ingin ia hapuskan, ketika dalam perjalanannya menuju Jatisrana ia berjumpa dengan Dewi Tunjung Biru, dan menyelamatkannya dari kejaran raksasa Kaladaru. Sebagai rasa terima kasihnya dewi jelita membiarkan Sukrosono menyusu pada buah dadanya. Menyusu pada buah dada putri jelita itulah satu-satunya cinta yang pernah dirasakan Sukrosono. Kehangatan buah dada Dewi Tunjung itu lain dengan kehangatan buah dada ibunya yang pernah ia sesap ketika ibunya turun dari alam penantian dan mengunjunginya di hutan Jatirasa. Dewi Tunjung Biru membiarkan Sukrosono menikmati buah dadanya, dan sambil ia memberikan susunya, ia memberikan pula daya kehidupan yang dimilikinya. Perlahan-lahan ia melepaskan buah dadanya dari mulut Sukrosono, lalu ia pergi menghilang. Sukrosono tersadar, dan merasa kehilangan. Namun ia segera merasa, apa yang hilang itu ternyata tersimpan di taring kanannya.Dalam taring kanannya itu tertinggal cinta yang tak akan terlepas darinya, bahkan setelah kematiannya. Maka ketika ia tewas di tangan kakaknya, ia naik ke alam pelepasan Mega Malang, dan telah melepas semua yang dimilikinya, taring itu tetap tertinggal padanya. Taring kanan itu adalah taring cinta, maka taring itu hanya akan terlepas demi cinta pula. Ia terus menunggu, kapan saat cinta itu datang, sehingga ia bisa melepas taring cintanya pula.

Ikuti Cerita Bersambung di Rubrik Sastra:

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan