Penggunaan susu formula menghambat pemberian air susu ibu secara eksklusif yang merupakan nutrisi terbaik bagi bayi.

Sebesar 81,4 persen proses ibu menyusui di Indonesia terganggu susu formula. Ini disebabkan promosi yang serampangan.

Makanan pengganti air susu ibu tidak harus dengan susu formula atau makanan yang mahal, pangan lokal pun sudah bergizi.

Promosi produk pengganti air susu ibu gencar dilakukan, merambah fasilitas kesehatan dan dilakukan melalui media sosial.

Promosi susu formula sudah menyasar ke dalam genggaman konsumen melalui pesan singkat dan telepon langsung. Ini melanggar aturan.

Menyusul maraknya pemasaran susu formula di masa pandemi ini, pemerintah dituntut menguatkan regulasi nasional untuk melindungi ibu dan anak. Apalagi Indonesia telah menandatangani Kode yang dikeluarkan WHO dan Unicef.

Susu formula telah dipasarkan lebih dari 150 tahun. Meski risetnya berkembang maju, tidak ada susu formula yang bisa menyamai air susu ibu (ASI). Kandungan non-nutrisi dan aspek dinamis ASI adalah hal yang sulit ditiru.

Penyediaan ruang laktasi menjadi salah satu cara agar pemberian ASI eksklusif tetap optimal kendati ibu sibuk bekerja.