Jakarta tak bisa sendiri mengendalikan polusi udara karena sumber emisi berasal dari aktivitas dalam dan luar kota.

Polusi udara yang terjadi di Jakarta merupakan masalah tahunan dan kompleks. Butuh ketegasan dan komitmen dalam setiap kebijakan agar warga dapat menghirup udara yang sehat.

Semua intervensi dengan tindakan yang lebih agresif bertujuan untuk mengurangi peningkatan konsentrasi PM 2,5 di Jakarta.

Kebijakan pengendalian polusi udara masih sebatas tegas di atas kertas. Warga menanti aksi nyata pemerintah karena sudah saatnya lepas dari cengkeraman partikulat jahat.

Partikel pencemar berukuran kurang dari 2,5 mikron sangat berbahaya, mudah terhirup, dan bisa menumpuk di dalam paru-paru sehingga sangat meningkatkan risiko kanker dan penyakit mematikan lainnya.

Sebagian warga Jakarta menyemai pemakaian energi ramah lingkungan, seperti panel surya atau sepeda listrik. Mereka berharap semaian itu tumbuh subur sehingga warga lain minimal mulai menjajal energi ramah lingkungan.

Pembatasan dan syarat naik angkutan umum serta penyekatan yang dimaksudkan menanggulangi pandemi membuat pekerja sektor informal dan penyandang disabilitas kerepotan.

Hasil penelitian menunjukkan, partikel asap dalam kebakaran hutan dan lahan berpotensi menembus saluran pernapasan manusia, memasuki aliran darah, dan merusak organ vital.