Ujaran kebencian dan informasi sesat menjadi masalah. Di sisi lain, kebebasan sipil di Indonesia perlu dijaga.

Selama ini ada ambiguitas penempatan posisi anak. Mereka terkadang ditempatkan sebagai subyek, baik dalam pendidikan, hukum, maupun relasi sosial. Namun, tak jarang, anak dijadikan obyek dalam pembangunan.

Saat warga dunia bersama-sama melawan virus korona baru, ada virus lainnya yang harus dihadapi. Prasangka dan kebencian, kini, juga menyebar bagaikan virus.

Internet kian menjadi bagian dari kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Tak hanya kian banyak, pengguna internet diyakini makin muda pula. Kian dini berinternet.

Aparat keamanan siaga mengamankan jalannya persidangan sengketa Pemilu 2019 dari pengunjuk rasa di depan Gedung Mahkamah Konstitusi di Jakarta. Selang beberapa gedung dari MK, persisnya di Kementerian Komunikasi dan Informatika, sekelompok anak-anak muda siaga mengamankan dunia maya agar tetap kondusif.

Tanpa keterlibatan lebih besar dari penyedia platform, pemerintah dinilai akan sulit menyikapi kehadiran konten negatif.

Sejak 21 Mei hingga 28 Mei 2019, polisi mendapati setidaknya ada 20 kabar bohong atau hoaks yang tersebar melalui berbagai media terkait dengan aksi massa pasca-penetapan Pemilu 2019. Sejumlah 10 tersangka atas kejadian ini pun telah diamankan polisi.

Kementerian Komunikasi dan Informatika mengimbau warga segera menghapus dan tidak menyebarluaskan konten aksi kekerasan ataupun ujaran kebencian terkait unjuk rasa 22 Mei 2019 di media sosial.