Layanan air bersih perpipaan di lahan sengketa tidak mudah diwujudkan. Perlu terobosan agar warga yang hidup di area itu tidak menjadi sasaran eksploitasi mafia pencuri air.

Kebocoran air masih menjadi masalah di sejumlah kota di Jawa. Selain karena pipa air yang bocor/rusak, kesalahan pada meteran air, dan sambungan ilegal yang berujung pada tindakan kriminal.

Menangani sindikat pencuri air tidak mudah. Mereka kadang lebih galak daripada petugas yang menertibkan praktik ilegal ini. Kekerasan kerap menimpa petugas di lapangan, yang berujung ancaman pada keselamatan mereka.

Seiring dengan keterbatasan air tanah, warga Jakarta sangat bergantung pada air perpipaan. Namun, air perpipaan baru menjangkau 64 persen warga dan kuantitasnya pun tidak sepenuhnya prima.

Pelanggan air perpipaan tidak selalu beruntung. Di sebagian tempat air tidak mengucur di jam-jam tertentu. Sementara di lain tempat, mafia air bersekongkol dengan juragan setempat membuat sambungan ilegal.

Ironi distribusi air Jakarta terlihat di dua stasiun air. Di dua tempat itu, air yang dijual mahal mengucur lancar ke luar kota. Tak jauh dari sana, banyak warga yang kesulitan mendapatkan pasokan air.

Komplotan pencuri air perpipaan ingin jejak kejahatannya tak terlacak. Mereka mengaburkan jejak dan bukti dokumen mengenai keterlibatan warga. Salah satu modusnya bertransaksi tunai pada setiap jasa ilegalnya.

Minimnya akses air bersih membuka celah adanya kongsi jahat juragan kampung dengan oknum pekerja di bidang air perpipaan. Setidaknya 438.000 warga miskin di 21 kampung rentan jadi mangsa praktik ilegal.