Transaksi keuangan terkait prostitusi anak di Tanah Air ditengarai mencapai Rp 127,3 miliar, melibatkan 24.000 anak.

Kejahatan seksual kian memprihatinkan. Perbuatan pelaku pun di luar nalar kemanusiaan. Perempuan dan anak jadi korban.

Dengan masuk ke dunia anak-anak melalui gim daring, predator seksual lebih mudah mendekati dan memanipulasi korbannya.

Perlindungan data pribadi, etika media sosial, dan pengenalan ragam bentuk kekerasan di dunia maya merupakan modal penting bagi anak yang menggunakan internet. Tanpa ini, anak rentan pada kekerasan dan eksploitasi.

Kekerasan seksual pada anak bukanlah problem baru dan sudah menjadi isu pelik dari masa ke masa. Sayangnya, tidak ada data kuat yang menegaskan gentingnya permasalahan ini sehingga penanganannya tidak optimal.

Anak-anak masih rentan mengalami eksploitasi seksual, baik di ruang daring maupun luring. Upaya perlindungan anak perlu melibatkan semua pihak, baik pemerintah, organisasi, maupun anak-anak serta orang muda.

Lemahnya apek penegakan hukum memudahkan para pencari jasa seks anak berkeliaran di Indonesia.

Kejahatan berbasis daring yang mengincar anak-anak sebagai korban terus terjadi pada masa pandemi Covid-19. Media sosial menjadi pintu masuk kejahatan. Pengawasan terhadap anak sangat penting untuk melindungi mereka.