Aku jadi malu. Mungkin perempuan itu memiliki indera ke enam bisa membaca gelagatku di tempat yang agak jauh.

Aku melangkah mundur, dan lampu yang menyorot tubuhku perlahan padam. Di sayap panggung aku mulai menyadari kesalahanku.

Hati Laila hancur. Harapannya kepada suami yang diimpikan akan melindunginya perlahan memudar.

Suara yang kudengar tadi masih ada, semakin dekat, tetapi entah di mana.

Semua ’bekal’ itu akan mengiringi Papa menuju rumah Papa yang baru.

Selama Mala bernapas di bumi, ruh hedonisme dalam dirinya terlepas dari rantai tatkala dia menerima gaji pertama.

Di zaman serba digital macam sekarang untuk apa pula berpayah-payah menggunakan surat biasa.

Bak pungguk merindukan bulan. Walaupun di masa sebelumnya si pungguk pernah bersandar di ceruk rembulan yang indah itu.