Tembok-tembok Paling Kokoh di Dunia
Di zaman serba digital macam sekarang untuk apa pula berpayah-payah menggunakan surat biasa.
Ia lelaki Jerman yang berasal dari sisi timur kota Berlin pada masa lampau. Persisnya dari bagian yang banyak orang-orang terpasung, seragam, tanpa celah untuk bersuara lain kecuali menirukan suara kekuasaan. Kami berdua sepertinya ditakdirkan Tuhan terlibat percakapan di satu pantai, di resor miliknya. Tempat yang konon ia miliki dengan hak pakai selama 30 tahun dan dapat diperpanjang selama 20 tahun lagi. Sejujurnya, saat itu ia sama sekali tak mewakili bayanganku mengenai potret nestapa kaum proletar dari masa perang dingin.
Penampilannya tetap terlihat bonafide meski hanya memakai sepatu kets, celana pendek dan kaus. Ia memakai Armani dan sepatu Bally. Sepatu yang tak kunjung dimiliki oleh sang proklamator bersahaja, Mohammad Hatta hingga beliau meninggal. Aku pernah sejenak tertegun mengetahui bahwa Bung Hatta masih menyimpan foto sepatu yang tak juga ia miliki. Padahal, kutahu ia bukan dari kalangan orang biasa di ranah Minang. Kadang terpikir, kemuliaan macam apa yang membuat tokoh terpandang itu menahan diri untuk sepatu impiannya?