Aku pun membayangkan bersahabat dengan Mrs. Richard. Kami mengaduk-aduk New York berdua. Mencoba street food ala New Yorker, belanja ke Grand Army Plaza Greenmarket.

Si raja kecil Dahlan selalu mendapat sumbangan buah dari yang lain, sebab dia sering membawa gorengan atau jajanan.

Kami diminta bersalaman dan saat itulah untuk kali pertama aku menyentuh tangannya dan aku berdebar karenanya.

Desa dibumihanguskan. Sejak itu pikiran Raja terganggu. Ia meneliti keadaan diri sendiri: benarkah aku akan mati?

Penyebab segala bentuk kematian mendadak di kampung ini (dan kampung-kampung tetangga) adalah kiriman polong.

Usai pembunuhan misterius seorang pemuda di hutan, penduduk desa lebih sibuk mengurusi serang para tikus di ”pele-pele” penyimpanan panen dan bibit.

Beruntunglah istriku. Ia telah mati duluan akibat sakit liver sepuluh tahun setelah aku pulang tanpa kaki terkena ledakan granat pasukan Fretelin di Timor Timur sehingga ia tak perlu repot-repot mengurusku.

Sejujurnya aku ragu, juga mulai merasa penat dan tidak yakin dermaga yang ingin kami tuju itu benar-benar ada.