Sektor komoditas alam yang berorientasi ekspor berpotensi mengambil untung besar atas penguatan mata uang dollar AS.

Masih tingginya impor bahan baku oleh industri manufaktur lantaran industri hulu dan antara dalam negeri belum mandiri.

Selain terkait bahan baku industri yang bergantung pada impor, daya beli masyarakat dikhawatirkan juga terdampak.

Dengan alasan kepraktisan pula, sebagian pelaku industri manufaktur menyimpan dollar AS untuk urusan impor-ekspor.

Pemerintah berencana mewajibkan sektor manufaktur menyimpan devisa hasil ekspor di dalam negeri. Mengingat manufaktur mendominasi ekspor, pengendapan devisa hasil ekspor diharapkan bisa mempertebal cadangan devisa.

Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin sehingga menjadi 3,75-4 persen. Ini bisa berdampak pada pelemahan rupiah yang lebih dalam.

Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Jumat (12/8/2022) berada pada level Rp 14.688, menguat 227 poin atau 1,5 persen dibandingkan kurs penutupan Senin (8/8/2022) pada level Rp 14.915.

Pandemi Covid-19 membawa kejutan ekonomi, keuangan, dan sosial bagi masyarakat dunia. Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengingatkan pandemi ini juga berpotensi menimbulkan krisis ekonomi dunia.