Menu
Cari
Mobile App
Kirim Opini
Kompaspedia
Gerai
Institute
Weekend
Beranda
Polhuk
Pilkada 2024
Ekonomi
Wirausaha
Opini
Artikel Opini
Analisis Ekonomi
Analisis Budaya
Analisis Politik
Kolom
Tajuk Rencana
Surat Pembaca
Humaniora
Dikbud
Ilmiah Populer
Iptek
Kesehatan
Dana Kemanusiaan Kompas
Nusantara
Metro
Internasional
Olahraga
Tokoh
Sosok
Wawancara
Figur
Nama & Peristiwa
Gaya Hidup
Kendara
Gawai
Kuliner
Mode
Properti
Riset
Kajian Data
Linimasa
Survei
Investigasi
Tutur Visual
Video
Video Berita
Program
Dokumenter
Lainnya
epos ramayana
Tempat ini sungguh Jatisrana yang ia rindukan. Tapi lain dengan Jatisrana di mana dulu dia hidup, di tempat ini tak perlu didera oleh cita-cita. Ia takkan tertipu lagi oleh hasratnya yang membawa dia pada sia-sia.
Bagikan
Anak Bajang Mengayun Bulan (156-Selesai)
Tempat ini sungguh Jatisrana yang ia rindukan. Tapi lain dengan Jatisrana di mana dulu dia hidup, di tempat ini tak perlu didera oleh cita-cita. Ia takkan tertipu lagi oleh hasratnya yang membawa dia pada sia-sia.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 154)
Karena ketampanannya, Sumantri tergoda untuk merasa dirinya sempurna, padahal justru kesempurnaannya itu membuat dia lengah. Sementara karena buruk rupanya, Sukrosono terjauh dari goda untuk merasa sempurna.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 153)
Alam pangrantunan adalah sunya yang menuntut mereka membersihkan diri, hingga menjadi suci akan cinta. Mereka diminta untuk melewatkan waktu dengan menyucikan diri, sampai cinta mereka benar-benar murni.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 132)
Bulan seakan tahu akan keinginan mereka. Bulan yang tadinya seperti sebilah gading remang-remang kini menjadi bundar dan bersinar terang benderang.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 131)
Sukrosono seakan tak ingin terbebani lagi dengan apa saja yang pernah ia miliki. Ia tak ingin mempunyai apa-apa lagi.
Sastra
路
Iklan
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 130)
Sumantri lupa, bukan karena panah Cakrabaskara adiknya mati, tapi karena cinta yang dikhianatinya. Ia tak sadar, kesaktian pun punah, ketika cinta tak mendapat balasannya.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 129)
Ia tidak tega melihat adiknya. Namun ia takut, adiknya akan menjadi halangan baginya, justru ketika ia berada di puncak cita-cita kekesatriaannya.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 128)
Begitu ia melihat Sumantri, dia adalah Dewi Citrawati. Dan begitu ia melihat telaga Sunyalaya, ia adalah Dewi Sri.
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 127)
Bila aku adalah bunga Wijayakusuma, biarlah aku menjadi bunga Wijayakusuma, yang tak menginginkan apa-apa kecuali belaian bulan yang akan membuat aku mekar indah
Sastra
路
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 126)
Semadinya tak hanya membebaskan dia dari waktu, tapi juga mengantarkannya untuk tak perlu khawatir akan apa saja yang sedang terjadi di bumi. Biarlah terjadi di bumi seperti alam menghendaki.
Sastra
路
Lihat Lainnya
Iklan