Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 154)
Karena ketampanannya, Sumantri tergoda untuk merasa dirinya sempurna, padahal justru kesempurnaannya itu membuat dia lengah. Sementara karena buruk rupanya, Sukrosono terjauh dari goda untuk merasa sempurna.
”Begawan,” sapa Dewi Sokawati memecahkan diam, ”mungkin sudah suratan, baru sekarang terbuka mata hatimu, bahwa yang jelek itu belum tentu nafsu. Malah sebaliknya, sekarang terbukti nafsu itu adalah yang baik. Tapi apa gunanya membedakan yang baik dan yang jelek? Sejak mereka berdua ada dalam kandunganku, aku telah menerima keduanya sebagai anakku.”
Dewi Sokawati terdiam sebentar, mengingat kembali apa yang dikatakannya di masa silam. ”Membuang yang jelek sama saja dengan membuang yang baik, Begawan. Dan pada kehidupan kedua anakmu itu menjadi nyata, justru yang baik membutuhkan yang jelek, agar yang baik dapat diruwat dan disucikan oleh yang jelek. Karena ketampanannya sebagai manusia, Sumantri tergoda untuk merasa dirinya sempurna, padahal justru kesempurnaannya itu membuat dia lengah, hingga tak merasa kegelapan nafsu telah merambatinya, diam-diam mencekik dan menjerumuskannya. Sementara karena buruk rupanya sebagai raksasa, Sukrosono terjauh dari goda untuk merasa sempurna, hingga kesucian sempat menguatkannya, sampai kegelapan nafsu kakaknya pun ikut diruwat dan dibersihkannya. Tidakkah Sukrosono yang menolong Sumantri, sampai Sumantri boleh tiba di tempat ini, Begawan?”