Tiga tahun lalu, WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Tiga tahun pula, asal-usul virus Covid-19 masih misteri. Sampai sekarang pun akses terhadap vaksin pun belum merata, terutama di negara-negara miskin.

Topik penangguhan vaksin Covid-19 dan perikanan menjadi pembahasan alot di WTO. Perdebatan ini membelah dua kepentingan besar, yakni negara maju dan negara miskin-berkembang.

Protokol kesehatan yang kita lakukan dalam keseharian tidak semata untuk melindungi kita, tetapi juga melindungi kelompok rentan yang masih berjuang dalam sepi. Karena sejumlah hal, mereka kesulitan mendapatkan vaksin.

Gara-gara produksi vaksin Covid-19 dari AstraZeneca terhambat, Pfizer menjadi pemasok utama vaksin untuk Covax. Masalahnya, vaksin dari Pfizer membutuhkan sarana dan prasarana yang mahal.

Inggris yang akhir musim panas lalu merayakan ”hari kebebasan” kini mewajibkan pemakaian masker. Negara-negara Eropa juga mulai mewajibkan vaksin bagi warganya, kebijakan yang ditentang dengan alasan kebebasan pribadi.

Reaksi global menghadapi kemunculan galur Covid-19 Omicron dengan memblokir kedatangan orang-orang dari Afrika dianggap diskriminatif. Apalagi, penyebab munculnya varian itu tak lepas dari kesenjangan vaksinasi di dunia.

Mekanisme distribusi vaksin Covid-19 melalui skema Covax akan diubah agar lebih adil bagi negara-negara miskin. Sampai sekarang masih ada negara miskin yang belum menjalankan program vaksinasi karena tak punya vaksin.