Pasrah. Itu satu-satunya hal yang bisa dilakukan para sopir angkot di sejumlah kota di Indonesia. Perbaikan angkutan umum oleh pemda membuat angkot ditinggalkan oleh penumpang. Sopir angkot pun harus menepi.

Terimpit persaingan dari angkutan daring dan juga transportasi massal, sopir angkot di kota-kota besar kehilangan arah.

Tidak hanya diminta memberikan komitmen anggaran untuk transportasi publik, pemda juga diminta untuk memberikan prioritas kepada angkutan umum di ruang jalanan metropolitan.

Kualitas angkutan umum yang dikelola menurun.Pemerintah menata ulang sistem transportasi dan membangun jaringan angkutan massal baru

Membedah pengeluaran para pengguna angkutan umum, bila dibandingkan dengan pemakai sepeda motor dan mobil pribadi.

Sepeda motor masih menjadi pilihan utama masyarakat meski ongkosnya lebih mahal ketimbang angkutan umum massal. Layanan angkutan umum massal yang belum luas dan jadwalnya belum dapat diandalkan menjadi penyebabnya.

Ketiadaan akses transportasi publik bagi sebagian warga di Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya, menggerus pendapatan bulanan mereka.

Hanya sekitar sepertiga (34 persen) warga Jabodetabek yang menggunakan angkutan umum untuk bermobilitas sehari-hari. Alhasil, ruas jalan yang penuh kemacetan. Butuh komitmen mewujudkan transportasi massal di Jabodetabek.