transportasi publik
Tekor gara-gara Sepeda Motor
Sepeda motor masih menjadi pilihan utama masyarakat meski ongkosnya lebih mahal ketimbang angkutan umum massal. Layanan angkutan umum massal yang belum luas dan jadwalnya belum dapat diandalkan menjadi penyebabnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F01%2F08%2FJalan-Pandanaran-Semarang-2_1578468589_jpg.jpg)
Suasana Jalan Pandanaran Semarang dilihat dari Gedung Parkir Pandanaran, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (8/1/2020). Sepeda motor masih menjadi pilihan utama masyarakat dalam bermobilitas di dalam kota meski ongkosnya lebih mahal ketimbang angkutan umum massal. Layanan angkutan umum massal yang belum luas dan jadwalnya belum dapat diandalkan menjadi penyebabnya.
Suatu ketika Ilham (23) pekerja swasta di Semarang, harus meminjam uang ke kakaknya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Gaji Ilham perbulan hanya Rp 1,5 juta, jauh di bawah upah minimum regional Kota Semarang sebesar Rp 2,8 juta. Sebulan Ilham menghabiskan sekitar Rp 800.000 untuk biaya transportasi ke tempat kerjanya menggunakan sepeda motor.
Biaya sebesar itu untuk cicilan kredit sepeda motor, bahan bakar dan perawatan. Rumah Ilham jauh dari simpul transportasi publik Semarang. Sepeda motor akhirnya menjadi pilihan utamanya untuk berangkat kerja.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Tekor Gara-gara Sepeda Motor".
Baca Epaper Kompas