Dari 44 kota besar yang mengalami penurunan tanah, 30 di antaranya ada di Asia. Salah satu yang terparah adalah Jakarta.

Volume air tanah di dunia mengalami penurunan drastis karena digunakan intensif untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Persetujuan penggunaan air tanah tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 291 Tahun 2023. Namun, aturan itu hanya berlaku antara lain bagi rumah tangga dengan penggunaan 100 meter kubik air per bulan per keluarga.

Mulai 1 Agustus 2023, Pemprov DKI Jakarta akan melarang penggunaan air tanah bagi gedung dan bangunan tinggi di beberapa kawasan. Langkah ini diharapkan menjadi mitigasi awal penurunan muka tanah yang terus terjadi.

Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta mencatat sejak 2019 hingga September 2022 sudah terbangun 29.565 sumur resapan atau drainase vertikal.

Walaupun sudah terdapat kios air milik PAM Jaya, kebutuhan air untuk warga di Penjaringan, Jakarta Utara belum terpenuhi. Hingga Oktober 2022, sekitar 34 persen warga Ibu Kota masih bergantung pada air tanah.

Air minum yang tercemar ”E. Coli” dari limbah domestik masyarakat terindikasi bersumber dari air tanah. Masyarakat belum mengelola limbah domestik dengan benar dan banyak tangki septik yang belum memenuhi standar.

Eksploitasi air tanah di wilayah Jakarta harus diakhiri karena akan berdampak buruk bagi kondisi lingkungan perkotaan