Hari Tidur Sedunia
Bangsa yang Abai Tidur
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F03%2F20180315_PEKERJA_C_web.jpg)
Para pekerja pembangunan proyek Mass Rapid Transit (MRT) memanfaatkan keteduhan pohon di Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, untuk melepas lelah, Kamis (15/3). Tidur siang sekitar 30 menit bisa mendorong energi dan memori otak lebih baik. Namun tidur siang yang terlalu lama menjadi tanda kurangnya tidur di malam hari.
Bagi bangsa-bangsa Timur, banyak tidur dianggap sebagai kemalasan dan penumpul pikiran. Akibatnya, makin sedikit tidur dianggap baik dan produktif. Padahal tidak cukupnya waktu tidur bisa memunculkan banyak masalah kesehatan fisik, pengendalian emosi, dan kemampuan berpikir.
Jam menunjukkan pukul 01.30 WIB, Rabu (14/3). Lalu lintas di Jalan Rawa Belong, Jakarta Barat yang merupakan kawasan pendidikan masih cukup ramai. Di beberapa minimarket 24 jam, pengunjung keluar masuk. Sejumlah orang pun masih duduk di warung makan menikmati hidangannya.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 14 dengan judul "Bangsa yang Abai Tidur".
Baca Epaper Kompas