logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊMenelusuri Jejak Rempah di...
Iklan

Menelusuri Jejak Rempah di Kepulauan Maluku, dari Perdagangan hingga Olahan

Tak melulu karena cabai, rasa asam, pahit, hingga pedas dari rempah-rempah menambah cita rasa makanan Maluku.

Oleh
RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
Β· 1 menit baca
Cengkeh yang sedang dijemur dari perkebunan cengkeh di Leihitu, Maluku Tengah, Maluku, Sabtu (26/10/2024).
KOMPAS/RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE

Cengkeh yang sedang dijemur dari perkebunan cengkeh di Leihitu, Maluku Tengah, Maluku, Sabtu (26/10/2024).

Sudah ratusan tahun, cengkeh dan pala menjadi tumpuan hidup masyarakat di Maluku. Nilai ekonominya terus terjaga, bahkan sejak era kolonial hingga kini. Hal ini yang membuat cengkeh dan pala tetap jadi komoditas rempah idola. Dalam pemanfaatannya, dua komoditas bercita rasa aromatik hangat dan pedas ini lebih banyak dijual ketimbang diolah menjadi makanan. Meski demikian, jejak-jejaknya dalam panganan khas daerah masih tersisa.

Berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Ambon, Maluku, tepatnya di kawasan Leihitu, Maluku Tengah, berdiri Pelabuhan Hitu. Pelabuhan ini menjadi salah satu bagian sejarah dalam penyebaran rempah. Sejak abad ke-13, area ini jadi jalur perdagangan rempah yang sibuk.

Editor:
NELI TRIANA
Bagikan