logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊHilirisasi Berisiko Gerus...
Iklan

Hilirisasi Berisiko Gerus Serapan Tenaga Kerja

Pemerintah mengakui investasi saat ini mayoritas padat teknologi, bukan padat karya. Oleh sebab itu, industri manufaktur lain yang bukan hilirisasi pertambangan harus dioptimalkan demi perluasan serapan tenaga kerja

Oleh
M PASCHALIA JUDITH J, ADITYA PUTRA PERDANA
Β· 0 menit baca
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto meninjau pembangunan konstruksi pabrik pengolahan tembaga atau smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jatim, Kamis (2/2/2023). Progres pekerjaan mencapai 51 persen.
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto meninjau pembangunan konstruksi pabrik pengolahan tembaga atau smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jatim, Kamis (2/2/2023). Progres pekerjaan mencapai 51 persen.

JAKARTA, KOMPAS β€” Angka serapan tenaga kerja dari penanaman modal sepanjang triwulan I-2023 belum kembali pada posisi sebelum pandemi Covid-19. Kinerja serapan tersebut berpotensi kian tergerus lantaran fokus pemerintah pada hilirisasi mineral yang membutuhkan lebih banyak teknologi dibandingkan tenaga kerja.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jumat (28/4/2023), merilis nilai investasi sepanjang triwulan I-2023 mencapai Rp 328,9 triliun yang terdiri dari penanaman modal asing Rp 177 triliun dan penanaman modal dalam negeri Rp 151,9 triliun. Nilai total investasi tersebut lebih tinggi 16,5 persen dibandingkan triwulan I-2022. Jika dibandingkan dengan kinerja sebelum pandemi Covid-19, nilai penanaman modal triwulan I-2023 lebih tinggi 68,58 persen dibandingkan triwulan I-2019.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan