Di sejumlah kawasan industri, premanisme menjadi momok yang menghantui pelaku usaha. Melambatnya pertumbuhan investasi pada awal 2025 tidak lepas dari persoalan itu.

Nilai investasi di Jateng meningkat dari tahun ke tahun. Proyek itu disebut telah menyerap ratusan ribu pekerja. Strategi disusun untuk dongkrak investasi tersebut.

Dalam lima tahun ke depan, Indonesia perlu menyerap investasi Rp 7.000 triliun lebih banyak dibandingkan yang telah negara serap dalam lima tahun terakhir.

Meski berlimpah fasilitas, usaha menengah-besar minim menyerap tenaga kerja. UMKM lebih banyak menyerap pekerja.

Jateng optimistis mencapai target realisasi investasi 2024. Hingga triwulan I-2024, realisasinya mencapai 19 persen.

Faktor terpenting pada investasi adalah sejauh mana Indonesia berani menawarkan insentif lebih besar dari negara lain.

Pemilu 2024 disebut tidak berpengaruh signifikan terhadap investasi di Jateng.

Pemerintah mengakui investasi saat ini mayoritas padat teknologi, bukan padat karya. Oleh sebab itu, industri manufaktur lain yang bukan hilirisasi pertambangan harus dioptimalkan demi perluasan serapan tenaga kerja