Ternyata Susah Jadi Mantri Ternak
Liputan wabah penyakit mulut dan kuku membawa kami ke dunia kesehatan hewan. Isu ini menuntut kami banyak bertanya kepada dokter hewan, membaca literatur terkait, hingga mengambil sampel usap hewan sendiri.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F13%2Fc00dd36d-baf9-4965-8794-dbd75db643ea_jpg.jpg)
Peneliti mengambil sampel air liur kambing di Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Jumat (3/6/2022). Pengambilan sampel untuk menelusuri ada atau tidak virus penyakit mulut dan kuku di Jakarta saat itu. Local Caption
Target liputan menuntut kami masuk ke kandang-kandang guna melacak ternak yang sakit. Awalnya, kami bekerja sama dengan pegawai lembaga veteriner bernama Pak Songko. Kami meminta bantuannya mengambil sampel-sampel ternak di Jakarta. Dia memiliki keahlian dan peralatan untuk melakukan itu.
Sampel usap lendir di bagian gusi dan luka pada ternak itu kami uji ke laboratorium untuk mendeteksi keberadaan virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Pengambilan sampel diawali di Jakarta, awal Juni 2022. Ketika itu, belum ada kasus PMK di Jakarta. Namun, kami curiga, jangan-jangan sudah terjadi penularan mengingat di kota tetangga seperti Tangerang dan Bogor sudah ada ternak terinfeksi.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 13 dengan judul "Ternyata Susah Jadi Mantri Ternak".
Baca Epaper Kompas