Kompas.id

st sularto

Ecclesia semper reformanda, ungkapan bahasa Latin, artinya Gereja selalu diperbarui, menjadi tali simpul buku ini.

Bagikan

Harapan Harus Diperjuangkan

Ecclesia semper reformanda, ungkapan bahasa Latin, artinya Gereja selalu diperbarui, menjadi tali simpul buku ini.

Warisan Abadi Sang Burung Manyar

Mangunwijaya menjalani hidup sebagai pelayan bagi masyarakat terpinggirkan. Beliau merupakan rohaniwan dan cendekiawan.

Buku ·

Di Balik Terungkapnya Kasus Bom Bali I

Terhanyut dalam kisah yang diceritakan dengan runtut-lugas, tidak terasa ini sebuah novel yang berdasarkan kisah nyata.

Buku ·

Bayar Utang pada Rakyat

Lebih dari separuh hidupnya didedikasikan bagi rakyat yang terpinggirkan agar bisa dihargai harkatnya.

Merajut Mimpi Indonesia yang Majemuk

Dengan pendekatan genealogi, buku ini mengungkapkan peristiwa-peristiwa penting terkait perjumpaan SJ Provindo dengan kaum Muslim di Indonesia. Melalui berbagai karya sosial di seluruh golongan dan lapisan masyarakat.

Buku ·

Iklan

”Memule” Mochtar Pabottingi Amalia: Berilmu dan Beramal

Mochtar Pabottingi teladan bagi generasi masa depan. Ia berilmu dan beramal, memiliki komitmen pada kejujuran kritis, seorang Muslim moderat dan tidak terbeli, serta prototipe intelektual dengan laku asketisme.

Mengapresiasi Keluasan dan Kedalaman Pencarian

Sebuah buku bunga rampai kumpulan artikel ataupun esai sering dan mudah jatuh dalam duplikasi, replikasi, dan kurang mendalam. Namun, buku ”festschrift” 65 tahun Karlina Supelli ini terbebas dari tiga kelemahan itu.

Buku ·

Jembatan Frans Seda

Frans Seda menjadi jembatan kemanusiaan yang didasarkan atas imannya, demi pemuliaan kemanusiaan dan kebaikan bersama sebagai bangsa Indonesia. Jembatan Frans Seda adalah penegasan diri seorang Frans Seda.

Dari Ngada untuk Indonesia

Manajemen konflik versi Ngada yang ditawarkan buku ini adalah sumbangan bagi Indonesia dalam penyelesaian kasus per kasus, berskala daerah, sederhana dan relatif tidak rumit.

Buku ·

Ki Hadjar dan Engku Syafei, Inspirator Kemerdekaan dari Ruang Kelas

Pendidikan Indonesia tak perlu berkiblat ke Barat. Jauh sebelum merdeka, Indonesia lahir praksis pendidikan kritis. Dua di antaranya Tamansiswa oleh Ki Hadjar Dewantara dan INS Kayutanam oleh Engku Mohammad Syafei.

Iklan