Pada zaman ketika kebangsaan semakin kehilangan arah dan intelektualitas semakin terpinggirkan, kita membutuhkan sosok-sosok seperti Rama Mangun.

Buku ini teguran bagi para perampok-bandit demokrasi, sekaligus memberi semangat bagi mereka yang menjaga demokrasi.

Ecclesia semper reformanda, ungkapan bahasa Latin, artinya Gereja selalu diperbarui, menjadi tali simpul buku ini.

Mangunwijaya menjalani hidup sebagai pelayan bagi masyarakat terpinggirkan. Beliau merupakan rohaniwan dan cendekiawan.

Lebih dari separuh hidupnya didedikasikan bagi rakyat yang terpinggirkan agar bisa dihargai harkatnya.

Dengan pendekatan genealogi, buku ini mengungkapkan peristiwa-peristiwa penting terkait perjumpaan SJ Provindo dengan kaum Muslim di Indonesia. Melalui berbagai karya sosial di seluruh golongan dan lapisan masyarakat.

Mochtar Pabottingi teladan bagi generasi masa depan. Ia berilmu dan beramal, memiliki komitmen pada kejujuran kritis, seorang Muslim moderat dan tidak terbeli, serta prototipe intelektual dengan laku asketisme.

Sebuah buku bunga rampai kumpulan artikel ataupun esai sering dan mudah jatuh dalam duplikasi, replikasi, dan kurang mendalam. Namun, buku ”festschrift” 65 tahun Karlina Supelli ini terbebas dari tiga kelemahan itu.