Hasil laporan Pantau Gambut menunjukkan, banyak infrastruktur restorasi gambut yang rusak dan tidak memenuhi standar.

Kebakaran hutan dan lahan terus mengancam wilayah Kalteng. Pemerintah mengklaim karhutla masih bisa dikendalikan.

Saat ini belum banyak negara yang menuangkan pengelolaan gambut dalam dokumen kontribusi nasional penurunan emisi. Padahal, restorasi dan pengelolaan lahan gambut dapat mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.

Hasil analisis Pantau Gambut menunjukkan, kawasan prioritas restorasi gambut di sejumlah daerah masih rentan terbakar. Bahkan, seluas 3,8 juta hektar memiliki risiko kerentanan terbakar tinggi.

Ihwal pendanaan masih menjadi kendala utama dalam pemulihan mangrove. Kendala ini coba diatasi dengan skema ”blended finance” melalui kerja sama internasional.

Lahan gambut seluas 300.000 hektar berhasil direstorasi pada 2021, begitu pula 34.991 hektar lahan mangrove. Kerja keras di 2022 masih menanti untuk mencapai target di 2024.

Studi menunjukkan bahwa diperlukan waktu bertahun-tahun bagi lahan basah yang direstorasi untuk mencapai keragaman tanaman yang signifikan jika hanya mengandalkan proses biologis spontan.

Kondisi lahan gambut yang terjaga akan memberikan banyak manfaat tidak hanya dalam skala lokal, tetapi juga regional dan global.