Pembebasan bersyarat mantan PM Thaksin Shinawatra mengindikasikan perubahan peta politik di negeri itu.

Keputusan Pheu Thai bekerja sama dengan partai promiliter dan monarki meruntuhkan kredibilitasnya di kalangan prodemokrasi. Koalisi juga rentan dan bahkan sebenarnya terkungkung oleh militer.

Setelah buntu tiga bulan, Thailand memiliki perdana menteri. Ia dari koalisi yang beberapa anggotanya dulu saling bermusuhan. Akankah pemerintahannya bertahan lama?

Sejumlah analis menyebut, kepulangan Thaksin dan naiknya Srettha ke puncak kekuasaan saling terkait.

Pemungutan suara parlemen untuk menentukan PM ditunda lagi. Partai Bergerak Maju ”ditendang” Pheu Thai dari aliansi. Wajah muram pendukung reformasi memenuhi Thailand yang dikenal sebagai negeri senyuman itu.

Koalisi baru yang terdiri atas 10 partai akan dipimpin Pheu Thai, partai peraih suara terbanyak kedua dalam pemilu. Mereka akan mengajukan calon PM baru.

Dapat dimaklumi, belasan juta pendukung partai pemenang pemilu di Thailand kecewa dan marah. Kemenangan mereka dijegal melalui peradilan dan parlemen.

Perjuangan dan perjalanan Ketua Partai Bergerak Maju (MFP) Pita Limjaroenrat untuk memimpin Thailand terpaksa berakhir. Parlemen Thailand memutuskan tidak menerima pencalonan Pita untuk kedua kali sebagai perdana menteri