logo Kompas.id
OpiniCerita ”Film Drama” Politik di...
Iklan

TAJUK RENCANA

Cerita ”Film Drama” Politik di Thailand

Setelah buntu tiga bulan, Thailand memiliki perdana menteri. Ia dari koalisi yang beberapa anggotanya dulu saling bermusuhan. Akankah pemerintahannya bertahan lama?

Oleh
Redaksi
· 1 menit baca
Perdana menteri (PM) baru Thailand Srettha Thavisin (kiri) bertemu dengan mantan PM Prayuth Chan-ocha di Gedung Pemerintah di Bangkok, Thailand, Kamis (24/8/2023).
AFP/ROYAL THAI GOVERNMENT

Perdana menteri (PM) baru Thailand Srettha Thavisin (kiri) bertemu dengan mantan PM Prayuth Chan-ocha di Gedung Pemerintah di Bangkok, Thailand, Kamis (24/8/2023).

Tidak ada lawan atau kawan abadi dalam politik. Adagium populer itu menjadi gambaran paling sederhana wajah politik di Thailand saat ini. Perdana menteri (PM) baru Srettha Thavisin datang dari Partai Pheu Thai, yang membentuk koalisi 11 Partai, termasuk partai promiliter. Dua PM—dua bersaudara—sebelumnya dari Pheu Thai atau partai pendahulunya, Thaksin dan Yinluck Shinawatra, digulingkan dalam kudeta militer.

Selama hampir satu dekade sejak 2006, pertarungan politik di negeri itu memasuki salah satu babak paling berdarah, diwarnai dengan kekerasan jalanan. Selama beberapa tahun, pendukung dua kutub politik utama, yang dikenal ”Kaus Merah” dan ”Kaus Kuning”, bentrok. Tahun 2010, hampir 100 orang tewas.

Editor:
ANDREAS MARYOTO, MUHAMMAD SAMSUL HADI
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 6 dengan judul "Cerita ”Film Drama” Politik di Thailand".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Artikel Terkait
Belum ada artikel
Iklan