Indonesia perlu konsisten menguatkan resiliensi ekonomi domestik serta kerja sama multilateral dan bilateral.

Bak mengarungi samudra, otoritas moneter harus terus waspada akan pasang-surut ”ombak” di depan.

Stiglitz menekankan jika kemiskinan masih membelenggu dan pekerjaan sulit didapatkan, kita sejatinya belum ”bebas”.

BI sebagai otoritas moneter mengemban mandat mencapai kestabilan rupiah yang tecermin pada inflasi dan nilai tukar.

Bak pencuri di malam hari, tantangan akhir-akhir ini memang datang tanpa disangka. Kita hidup dalam suasana ketidakpastian tinggi.

”Omnibus law” sektor keuangan memberikan status legal tender atas rupiah digital. Bentuk digital rupiah masuk dalam konstruksi mata uang. Yang perlu dipertimbangkan kemudian kesiapan penerima pembayaran rupiah digital.

Kehadiran buku ”Green Swans: The Coming Boom in Regenerative Capitalism” karangan John Elkington, sang ”Godfather of Sustainability”, menjadi salah satu literatur yang layak dibaca dalam proses kontemplasi transformasi.

Perlu perubahan paradigma untuk meng-”hijau”-kan pasar keuangan. Kapitalisme pasar harus inklusif, bukan semata berorientasi pada ketamakan. Kita pun patut berpikir ulang dalam memaknai keuntungan.