Perang dagang antara Amerika Serikat dan China menjadi faktor politik ekonomi yang ikut menyumbang inflasi stabil tinggi. Selama kebijakan itu berlanjut, sulit bagi bank sentral menjinakkan inflasi.

”Rencana-rencana kami telah terempaskan. Bank ini tidak terselamatkan lagi dan pada akhirnya hanya ada dua pilihan, bangkrut atau merger,” kata Lehmann.

Meskipun memiliki probabilitas resesi hanya 5 persen, cepatnya perubahan risiko global bisa saja tanpa disadari menggiring pada kondisi stagflasi. Butuh sinergi bauran kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansioner.

“Sebab inflasi itu mirip kanker,” kata ekonom KPMG, Diane Swonk. “Jika tidak diatasi, akan membuat inflasi lebih kronis,” katanya.

“Studi kami menekankan risiko inflasi tinggi yang mirip dekade 1960-an dan 1970-an akan terjadi hingga bertahun-tahun mendatang,” demikian Bianchi dan Melosi.