Produksi gula dunia pada 2024/2025 diperkirakan turun menjadi 179,29 juta ton. Dampak perubahan iklim dan produksi bioetanol menjadi pemicunya.

Stok gula akhir tahun RI berpotensi tak sesuai target karena ada potensi 127.000 ton gula impor tidak terealisasi.

APTRI memperkirakan produksi gula tahun ini tidak sesuai target dan lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu.

Harga gula di tingkat eceran masih tinggi lantaran distribusi belum merata. Di sisi lain, harga gula petani mulai turun.

Stok gula konsumsi pada Januari hingga April 2024 berpotensi krisis. Ujung-ujungnya, harga gula akan naik, diperkirakan bisa mencapai Rp 18.000-Rp 20.000 per kilogram.

Pemerintah kesulitan meredam kenaikan harga gula di dalam negeri. Realisasi impor gula 16 perusahaan gula konsumsi yang mendapatkan penugasan pemerintah masih minim. Relaksasi harga acuan penjualan gula dilakukan.

Daerah dengan harga gula tertinggi adalah Kabupaten Puncak dan Jayawijaya di Papua, masing-masing Rp 35.000 per kg dan Rp 28.00 per kg. Adapun daerah dengan harga gula terendah adalah Palembang dan Prabumulih di Sumatera

Penggelontoran beras impor ke pasar ditempuh pemerintah untuk menstabilkan harga. Beras komersial pun akan digelontorkan ke penggilingan-penggilingan yang sekarang tak bisa menyerap gabah karena harganya terlalu tinggi.