Teknologi komputasi awan (cloud) tidak hanya untuk menyimpan data, tetapi juga mendukung kecerdasan buatan generatif. Namun, pengembangannya masih menemui tantangan.

Ekonomi kini dibangun atas dasar penguasaan teknologi. Kian penting bagi negara untuk memiliki penduduk yang terdidik.

Setelah internet kian tak terpisahkan, muncul bisnis superraksasa yang 20 tahun lalu hampir tak dikenal. Bisnis itu adalah bisnis ”cloud”. Semua yang terjadi dalam kehidupan, bekerja, hingga bercinta dibantu ”cloud”.

Bagaimana jika ada mesin AI generatif bisa dimodifikasi sehingga mampu menyeleksi data yang akan diolahnya?

Riset International Data Corporation yang dirilis pada 2022 menunjukkan, 40 persen organisasi di bidang keuangan atau perbankan di Asia Pasifik menghadapi tantangan besar dalam tranformasi digital.

ASEAN dinilai memiliki peran penting bagi masa depan komputasi awan. Apalagi dengan terus tumbuhnya inovasi digital di sana. Dukungan layanan dan investasi seperti dari Amazon Web Services atau AWS terus diberikan.

Sebanyak 84 persen pemberi kerja di Indonesia menyatakan ingin mengisi pos-pos pekerjaan yang mensyaratkan keterampilan digital. Namun, 86 persen di antaranya mengaku kesulitan menemukan talenta yang mereka butuhkan.

Saat dunia dilanda resesi ekonomi, teknologi komputasi awan menawarkan banyak hal. Komputasi awan ibarat pendobrak jalan buntu ketika banyak organisasi bisnis berpikir menghentikan laju ekspansi di tengah resesi.