logo Kompas.id
›
Opini›Presiden: Islam, Nasionalis,...
Iklan

Presiden: Islam, Nasionalis, dan Jawa

Konstitusi Indonesia sebenarnya berpegang teguh pada prinsip kesetaraan. Namun, sejarah politik memperlihatkan, Islam, paham nasionalis, dan suku Jawa menjadi tiga variabel penting untuk menjadi Presiden Indonesia.

Oleh
SUKIDI
· 1 menit baca
Sukidi
SALOMO TOBING

Sukidi

Kontroversi atas dominasi presiden Indonesia yang berasal dari suku Jawa menyegarkan kembali memori lama pada dominasi Presiden Amerika yang berasal dari orang kulit putih, ras Anglo-Saxon, dan agama Protestan—White Anglo-Saxon Protestant atau WASP. Sebagai negara demokrasi yang tua dan mapan, Amerika ternyata perlu ratusan tahun lamanya untuk mendobrak dominasi kekuasaan politik WASP ini.

Pada 2012, Amerika mengukir sejarah baru bahwa, baik presiden maupun wakil presiden, bukanlah berasal dari WASP. Barack Obama menjadi presiden kulit hitam untuk pertama kalinya, dengan wakil presiden Joe Biden yang beragama Katolik. Sebagai agama minoritas, Katolik masih menjadi sumber kontroversi dan kebencian ketika John F Kennedy mencalonkan diri sebagai presiden tahun 1960. Namun, keimanan Biden tidak lagi menjadi masalah utama ketika dia mencalonkan diri dan akhirnya terpilih sebagai Presiden Amerika yang beragama Katolik setelah Kennedy. Kemajuan politik Amerika ini mengakhiri dominasi kekuasaan politik WASP, yang E Digby Baltzell populerkan sebagai The Protestant Establishment (1964).

Editor:
ANTONIUS PONCO ANGGORO
Bagikan