logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊLumbung Ikan Nasional, Jangan ...
Iklan

Lumbung Ikan Nasional, Jangan Sampai Nelayan Tradisional Terpinggirkan

Nelayan lokal di Maluku kembali terimpit dominasi korporasi perikanan yang terus mengeruk ikan di perairan Maluku.

Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/lI8IySW2M_dcPnwYcxUm6f947eY=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2Ff82395ff-4c4c-486f-af21-cfdce9080d8b_jpg.jpg
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN

Muis Ely (55), nelayan di Desa Asilulu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, menarik jaring bubu pada Jumat (18/9/2020). Jaring bubu terbuat dari bambu.

Mesin perahu motor yang dikemudi Yadi Bustan (45) berderu meninggalkan pesisir Desa Kawa di Pulau Seram, Maluku, pada suatu subuh di bulan Oktober 2020. Perahu seakan melaju tanpa arah yang pasti sebab Laut Seram kini tak lagi menjanjikan bagi Yadi dan nelayan tradisional lainnya. Mereka berjibaku di antara rumpon dan kapal milik perusahaan besar yang mengeruk ikan di sana.

Perahu Yadi berukuran panjang sekitar 6 meter dan lebar lebih kurang 1 meter mengangkut 100 bungkus es batu dan 70 liter bahan bakar campuran. Sendirian, Yadi terus memacu perahu membela laut saat langit masih gelap. Perahu melaju di atas permukaan air yang teduh dan sesekali dihadang gelombang. Sekitar tiga jam kemudian, perahu sudah menjauh lebih dari 20 mil laut atau 37 kilometer dari pesisir.

Editor:
M Fajar Marta
Bagikan