logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊMinuman Manis Bikin Bahagia,...
Iklan

Minuman Manis Bikin Bahagia, Tetapi Juga Memicu Cemas dan Agresif

Konsumsi gula berlebih memang memicu obesitas, diabetes, dan berbagai penyakit fisik lain. Nyatanya, gula berlebih juga memengaruhi suasana hati, meningkatkan risiko cemas dan depresi, hingga mendorong perilaku agresif.

Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
Β· 1 menit baca
Seorang pedagang menjual minuman berpemanis di Jakarta, Senin (9/3/2020). Pemerintah berwacana untuk mengenakan cukai pada produk minuman berpemanis, plastik, dan kendaraan beremisi karbon. Ada dua kelompok minuman berpemanis yang akan dikenakan cukai. Keduanya adalah minuman berpemanis gula dan pemanis buat siap konsumsi, serta minuman berpemanis dalam bentuk konsentrat yang perlu diencerkan, seperti kopi saset dan minuman berenergi bubuk
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Seorang pedagang menjual minuman berpemanis di Jakarta, Senin (9/3/2020). Pemerintah berwacana untuk mengenakan cukai pada produk minuman berpemanis, plastik, dan kendaraan beremisi karbon. Ada dua kelompok minuman berpemanis yang akan dikenakan cukai. Keduanya adalah minuman berpemanis gula dan pemanis buat siap konsumsi, serta minuman berpemanis dalam bentuk konsentrat yang perlu diencerkan, seperti kopi saset dan minuman berenergi bubuk

Mengonsumsi makanan dan minuman manis memang bisa mengurangi stres dan membuat bahagia. Namun, gula yang berlebih justru bisa mendorong perilaku agresif, cemas, kelelahan, hingga memicu berbagai penyakit degeneratif lain. Karena itu, diperlukan sikap bijak dalam mengonsumsi gula tambahan, khususnya pada makanan-minuman tanpa informasi gizi.

Beberapa tahun terakhir, usaha minuman manis menjamur di masyarakat. Mulai dari jenama-jenama internasional di mal besar, waralaba nasional di jalan-jalan utama, hingga usaha rumahan milik masyarakat di gang-gang sempit.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan