Di tengah era digitalisasi dan perubahan pola konsumsi masyarakat, toko buku membutuhkan terobosan baru untuk bisa terus bertahan. Hal itu diperburuk dengan minat baca warga Indonesia yang rendah.

Lima tahun setelah penerbitannya, novel itu membawa warna baru ke Toko Buku Gramedia di ibu kota Sulawesi Utara. Kata demi kata yang mengisahkan perjuangan Biru Laut ditranslasikan secara visul oleh seniman muda lokal.