logo Kompas.id
OpiniRamalan Ratu Adil
Iklan

Surat Pembaca

Ramalan Ratu Adil

Bagi mereka yang terpinggirkan, tertindas, dan miskin, penantian akan Ratu Adil adalah harapan untuk mengubah dunia.

Oleh
GERARDUS SEPTIAN KALIS
· 1 menit baca
Salah satu lukisan karya Budi Ubrux dalam pameran seni rupa Ratu Adil di Bentara Budaya Jakarta.
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Salah satu lukisan karya Budi Ubrux dalam pameran seni rupa Ratu Adil di Bentara Budaya Jakarta.

Membaca tulisan Anindita S Thayf yang terbit di Kompas pada 12 Mei 2024 dengan judul ”Tuan Presiden dan Ramalan Gus Dur”, ada nuansa kekecewaan terhadap hasil pemilu karena dikaitkan ramalan Jayabaya, Ronggowarsito, atau konsep Ratu Adil.

Tulisan tersebut menyayangkan kenapa masih banyak masyarakat Indonesia yang memercayai—yang menurut Anindita adalah—”sebagai sesuatu yang ’di luar nalar’ atau sisa-sisa budaya mistis dari masyarakat agraris yang belum mampu dibabat habis oleh modernitas”.

Editor:
YOHANES KRISNAWAN
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 7 dengan judul "Ramalan Ratu Adil".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Memuat data...
Memuat data...