Jurnalisme berkualitas merupakan hal mendasar untuk meraih pelanggan media digital.

Akal imitasi kian berperan dalam proses menghasilkan konten. Namun, peran jurnalis tak tergantikan.

Masih banyak berita sensasional di media Indonesia. Ini karena wartawan yang tidak berperspektif jender, ekosistem media tidak sehat, dan publik yang belum peka.

Artikel dan audiovisual yang diproduksi kecerdasan buatan lebih sulit dipahami publik dan perlu penyuntingan manusia.

Komersialisasi media massa menyebabkan minimnya kebebasan pers di ruang redaksi. Wartawan pun tak terlindungi.

Kebanyakan media saat ini dalam posisi bertahan hidup karena disrupsi digital yang membuat ekosistem media tidak sehat.

Jurnalis lingkungan dihadapkan tantangan membuat berita mudah dicerna, hingga ancaman kekerasan, dan intimidasi.

RUU Penyiaran yang tengah dibahas DPR berpotensi menimbulkan tumpang tindih aturan dan mengekang kemerdekaan pers.