Indonesia, dalam pemerintahan demokrasi, menjadi lahan subur tumbuhnya kejahatan otoritatif. Demokrasi berbalik maknanya sebagai kebebasan berekspresi secara naif.

Seimbang merangkul modernitas dan menghormati warisan budaya, kita dapat melampaui kesepian di kerumunan kolektif.

Pragmatisme Machiavellian menggerogoti kehidupan berbangsa. Prinsip etik dan moral politik yang dipisahkan dari praksis berpolitik telah melahirkan cacat demokrasi.

Di zaman modern ini, ancaman paling nyata bagi kehidupan bukan pada akibat negatif dari pemanfaatan infrastruktur global (sains dan teknologi), melainkan terutama oleh hilangnya makna dan nilai setiap individu.

Kritik Rousseau bahwa kemajuan ilmu pengetahuan-teknologi dan kesenian memperburuk kodrat manusia yang asalnya baik masih berlaku bagi konteks kita meski tak seluruhnya benar.