Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 155)
Sukrosono yang raksasa itu ternyata telah berubah wujudnya, menjadi sosok yang tampan, setampan Sumantri, kakaknya. Sumantri dan Sukrosono sama-sama terkejut.
βAnak-anakku, waktu itu ayahmu membawa pulang pisang emas yang aku idamkan ketika aku mengandungmu. Aku mengunyah pisang emas itu seutuhnya, buah maupun kulitnya. Tak kurasakan, buah itu manis atau kulit itu asam. Aku hanya merasa, baik yang manis atau yang asam harus kutelan dan kunikmati dalam hidupku,β kata Dewi Sokawati.
Sukrosono tiba-tiba memeluk ibunya dan membenamkan diri di dadanya. βIbu, terima kasih kau tidak membuang kulit pisang yang asam itu. Jika kau membuangnya, tak pernah aku akan ada di dunia ini. Meskipun segala hidup yang asam dan pahit harus aku tanggung, dan aku harus menderita karenanya, aku tetap bahagia, karena aku masih boleh hidup di dunia, sampai aku boleh menemani kakakku hingga di tempat penantian ini,β kata Sukrosono terisak-isak di dada ibunya.