logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊPasar Karbon Mengakselerasi...
Iklan

Pasar Karbon Mengakselerasi Dekarbonisasi Global

Negara dengan sisa kuota karbon yang relatif banyak seperti Indonesia dapat memperoleh pendanaan dari perdagangan karbon global sehingga berguna untuk program aksi iklim atau investasi mereduksi emisi karbon.

Oleh
Yoesep budianto
Β· 0 menit baca
Suasana asri dengan pepohonan yang rimbun di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Tarakan, Kalimantan Utara, Senin (18/7/2022). Kawasan dengan luas 22 hektar ini diresmikan sejak Juni 2003 yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan benteng hijau yang melindungi dari abrasi. Selain mangrove, kawasan ini juga dihuni oleh bekantan (<i>Nasalis larvatus</i>). Hutan mangrove memiliki peran penting dalam mereduksi emisi karbon di atmosfer.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Suasana asri dengan pepohonan yang rimbun di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Tarakan, Kalimantan Utara, Senin (18/7/2022). Kawasan dengan luas 22 hektar ini diresmikan sejak Juni 2003 yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan benteng hijau yang melindungi dari abrasi. Selain mangrove, kawasan ini juga dihuni oleh bekantan (Nasalis larvatus). Hutan mangrove memiliki peran penting dalam mereduksi emisi karbon di atmosfer.

Pasar karbon berbasis kepatuhan dan sukarela akan terus berkembangdi berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Basis perdagangan kredit karbon ini adalah skema tercepat untuk memaksimalkan dekarbonisasi sekaligus meningkatkan investasi pada pengelolaan ekosistem.

Pasar karbon merupakan skema global untuk menekan laju pemanasan global melalui transaksi kuota emisi karbon. Skema tersebut dinilai mampu mengurangi emisi dengan biaya yang efektif. Hingga saat ini, sistem perdagangan karbon terpantau meningkat, salah satunya sistem perdagangan emisi Uni Eropa (EU ETS). Negara lain yang turut mengembangkan adalah Kanada, China, Jepang, Selandia Baru, Swiss, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Editor:
BUDIAWAN SIDIK ARIFIANTO
Bagikan