logo Kompas.id
β€Ί
Risetβ€ΊBeratnya Beban Utang pada...
Iklan

Beratnya Beban Utang pada Generasi Mendatang

Tren peningkatan utang luar negeri belum diiringi dengan tren produktivitas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Oleh
Wirdatul Aini
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ujG7bGcNOHe0fTSJEQPN5rDY8dA=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F20200206_ENGLISH-TEMATIK_B_web_1580999264.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung di Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (27/1/2020). Proyek ini merupakan proyek kolaborasi BUMN Indonesia dengan BUMN China yang tergabung dalam PT KCIC. Sekitar 25 persen pembiayaan proyek dari ekuitas, sedangkan 75 persen dari pinjaman Bank Pembangunan China.

Tidak ada satupun negara yang terbebas dari utang, termasuk Indonesia. Hal itu karena utang menjadi bagian integral dari pengelolaan negara. Namun, pemanfaatan utang harus digunakan secara produktif agar beban generasi mendatang tidak terlampau berat.

Utang bukanlah hal tabu untuk dilakukan. Utang merupakan salah satu solusi bagi negara ketika sumber-sumber penerimaan keuangan negara masih jauh dari layak. Dalam menutup defisit anggaran, utang digunakan sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan negara.

Editor:
yogaprasetyo
Bagikan