Pemilu 2024
Politik Memunculkan Sisi Terburuk Manusia dan Pentingnya Pendukung Kritis
Politik bisa menjadikan siapa saja abai moral, maka, berhentilah puja-puji politisi. Demokrasi butuh pendukung kritis.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F04%2F08%2F6a4b07c8-e9be-4818-a347-075c285bd4ef_jpg.jpg)
Mural dan tulisan yang menyindir perilaku pejabat yang senang membuat janji, tetapi sering ingkar janji menghiasi tembok di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Rabu (8/4/2020). Tembok menjadi sarana sebagian masyarakat dalam mengungkapkan aspirasi dan kritik terhadap kondisi politik dan sosial kemasyarakatan.
Tengoklah platform media sosial apa pun, nyalakan televisi, atau putar podcast hari-hari ini, dengan mudah kita akan menemukan contoh kemunafikan atau perilaku buruk dari para politisi, tak peduli latar belakang personal maupun usia. Seseorang seolah bisa mengubah standar moral, bahkan berperilaku tidak etis, ketika terlibat dalam dunia politik.
Jejak digital di media sosial kita banyak mendokumentasikan akrobat para politisi. Mereka yang semula berseberangan dan menghujat lawan politiknya dalam Pemilu 2019 lalu kemudian mendukung mati-matian dalam Pemilu 2024, dan demikian sebaliknya. Praktik ini tak hanya ditunjukkan politisi senior, tetapi banyak juga anak-anak muda yang baru terjun ke dunia politik.