Fenomena pertumbuhan ekonomi yang menyengsarakan, yang tersaji di periode kedua kepresidenan Joko Widodo, memberi pelajaran berharga bagi pemerintahan baru.

Kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen mulai 2025 akan berdampak pada pengeluaran masyarakat.

Pengusaha menilai, sederet paket stimulus dari pemerintah pada tahun 2025 belum cukup untuk menggerakkan ekonomi dengan cepat dan signifikan.

Berkaca pada pengalaman pemerintah menaikkan tarif PPN pada 2022, efek dari kenaikan pajak konsumsi terhadap inflasi sebenarnya signifikan.

Imbas kenaikan PPN, pemerintah kucurkan potongan pajak dan iuran, diskon listrik, bantuan pangan, hingga dukungan bagi pekerja, UMKM, dan padat karya.

Tahun 2025 menjadi penentu menuju target pertumbuhan 8 persen. Jika ekonomi tahun depan tumbuh biasa-biasa saja, ambisi pemerintah di akhir periode mustahil dicapai.

Kelas menengah bawah akan semakin terpuruk dengan berbagai skema kebijakan pungutan pemerintah tahun depan. Setelah tabungan terkuras, utang pun bakal menumpuk.

Akibat kenaikan tarif PPN, kelas menengah berpotensi menanggung tambahan beban pengeluaran sebesar Rp 350.000 per bulan atau Rp 4,2 juta per tahun.