logo Kompas.id
OpiniNurani Pemimpin
Iklan

Nurani Pemimpin

Tidak ada kata terlambat untuk mengubah arah perjalanan bangsa dengan keteladanan dan kerelaan berkorban para pemimpin.

Oleh
SUKIDI
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/e2rd_WZspoBxkecGXwg6sGgM_9I=/1024x575/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F01%2F47ac39cf-6b80-413f-8cec-a89865944faa_jpg.jpg

Kondisi bangsa yang memprihatinkan akhir-akhir ini mengingatkan memori kolektif kita pada kebenaran nubuat Ahmad Syafi’i Maarif di masa hidupnya: ”Kerusakan bangsa ini nyaris sempurna.” Dalam opini ”Mentereng di Luar, Remuk di Dalam” (Kompas, 10/11/2021), Buya Syafi’i menunjukkan kerusakan bangsa pada fenomena ”korupsi yang menggurita, aparat yang melindungi perjudian, [dan] jual beli perkara di dunia peradilan.” Tiga kegelisahan ini terbukti kembali dengan daya kerusakan yang jauh lebih destruktif.

Sebagai kejahatan luar biasa, korupsi yang merajalela di kalangan pemimpin pada berbagai institusi negara, terutama mafia peradilan, dilakukan secara banal, berulang kali, dan selama bertahun-tahun. Terjadi krisis nurani kemanusiaan yang oleh Paus Fransiskus dan Ahmad al-Tayyeb sebut a desensitized human conscience. Yakni, hati nurani manusia yang tidak memiliki kepekaan kemanusiaan pada ibu-ibu yang meninggal saat melahirkan, pada anak-anak yang mengalami stunting, pada jutaan fakir miskin yang termarjinalkan, dan mayoritas rakyat menengah yang rentan hidup miskin.

Editor:
ANDREAS MARYOTO, CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
Bagikan