Partokrasi dalam Pilkada
Partokrasi telah memaksa orang menerima kehadiran figur dan elite baru di pemerintahan yang tak mewakili mereka.
Bagi mereka yang mengimani teori ideologi dan aliran politik, peta kekuasaan mutakhir di Indonesia akan terbaca membingungkan. Figur-figur kritis yang memancang sikap oposisi di luar pagar pemerintahan tiba-tiba balik badan dan menguji coba beberapa cara untuk berkoalisi dengan kekuasaan. Afiliasi partai tak bisa ditebak: pada satu episode mereka bisa demikian berseberangan, tetapi pada momen sebentar saja seteru menjadi sekutu.
Ritus pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak memperumit pembacaan. Partai dan elite yang bersitegang pada kontestasi pemilu presiden dapat saling mesra pada pilkada. Sebaliknya, tak pernah ada garansi bahwa koalisi yang tampak rukun pada pemilu Februari lalu adalah sungguh-sungguh permanen begitu arena tarung di daerah dihelat.