Menghidupkan Kembali Demokrasi
Tanpa ikhtiar bersama untuk merawat demokrasi, ia bisa rusak dan bahkan mati di tangan tiran.
Demokrasi sedang berada di titik nadir. Kita tersadarkan di ujung ketika kerusakan demokrasi hampir sempurna. Ia dirusak secara sistematis oleh mereka yang profesor Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt kategorikan sebagai democracy’s assassins (2018).
”Para pembunuh demokrasi,” kata dua profesor Harvard itu, ”menggunakan pelbagai institusi demokrasi untuk membunuhnya secara gradual, halus, dan bahkan legal.” Mereka kuasai wasit, ubah aturan hukum, tekan pesaing politik, dan mobilisasi sumber daya negara untuk kemenangan politik elektoral. Pemilu, yang disertai dengan politik uang yang telah merusak tatanan nilai dan moral masyarakat kita, menyempurnakan tragedi ”kematian demokrasi di Indonesia,” seperti disuarakan oleh Profesor Fathul Wahid, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta (Kompas.com, 14/3/2024).