logo Kompas.id
OpiniKurikulum yang Mendewasakan
Iklan

Kurikulum yang Mendewasakan

Dunia gagasan tidak selamanya ekuivalen dengan dunia lapangan. Karena itu, perlu ada sistem evaluasi yang terus-menerus agar gagasan besar Kurikulum Merdeka benar-benar berdampak.

Oleh
HERIBERTUS JANI
· 0 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/zT6OzMd0rxBGhieGmcL9FVXKB1A=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F21%2F1d786f4e-8244-4d83-a446-afc30d2b0786_jpg.jpg

Gagasan tulisan ini tercetus saat membaca opini Fadhil Muhammad Pradana yang berjudul ”Mengkritik Konsepsi ’Anak sebagai Investasi Masa Depan’” (Kompas, 24/7/2023). Di antara sejumlah gugatan mengenai kekeliruan cara pandang orang dewasa terhadap anak yang mencuat dalam tulisan tersebut, penulis menangkap dua pertanyaan penting Fadhil yang perlu didiskusikan lebih jauh terutama dalam kerangka kurikulum teranyar, yakni Kurikulum Merdeka.

Pertama, apakah sistem pendidikan saat ini sudah mengakomodasi keunikan dan potensi yang berbeda dari setiap anak? Kedua, sudah sejauh mana anak dilibatkan dalam proses pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan anak sendiri?

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan