logo Kompas.id
OpiniDemokrasi dan Skeptisisme
Iklan

Demokrasi dan Skeptisisme

Dalam demokrasi dan politik yang sehat, haruslah ada keseimbangan antara dua sikap berikut ini, yakni loyal kepada penguasa yang memenangi pertarungan dalam sebuah pemilu yang terbuka; tetapi juga sekaligus ”skeptis”.

Oleh
ULIL ABSHAR ABDALLA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/kolZHXS8WUd10rEU7WaWp7b6FoA=/1024x575/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F28%2F607e0372-1fd7-4dfb-8aeb-2c1eba67d422_jpg.jpg

Demokrasi tidak akan sehat walafiat tanpa sikap skeptis dalam dosis yang wajar. Sikap-sikap skeptis ini biasanya datang dari pihak-pihak yang berada di luar lingkaran kekuasaan. Biasanya sikap semacam ini akan membikin kurang nyaman status quo politik. Walakin, skeptisisme ini akan menyuburkan demokrasi; kita pun amat membutuhkannya untuk mengembangkan iklim politik yang sehat dalam jangka panjang.

Demokrasi butuh skeptisisme—inilah ”tesis kecil” yang mau saya kembangkan dalam analisis pendek ini. Untuk menutup tahun 2022, ada baiknya tesis kecil ini diuraikan kembali. Yang saya maksudkan skeptisisme di sini ialah sikap tidak seluruhnya ”mengamini” begitu saja apa pun yang diketengahkan oleh pihak yang berkuasa.

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan