analisis politik
Sukarelawan Kemanusiaan
Di tengah polarisasi dan pembelahan sosial yang semakin tajam menjelang pemilu, Indonesia merindukan pemimpin yang menyelenggarakan republik modern ini dengan ”politik kemanusiaan” dan ”politik belas kasih”.

Sukidi
Sukarelawan lintas agama memberikan optimisme pada tegaknya kemanusiaan yang inklusif dan setara. Alih-alih digerakkan oleh kepentingan diri sendiri dan ajang pencitraan politik menjelang pemilu, para sukarelawan kemanusiaan berorientasi pada ikhtiar kolektif untuk membantu sesama manusia yang penuh duka dan derita dengan ikatan cinta dan belas kasih. Belas kasih menjadi titik temu para sukarelawan lintas agama untuk berkhidmat pada kemanusiaan.
Inti kemanusiaan yang satu dan setara menggerakkan sukarelawan lintas agama untuk bertemu dan bersatu, dengan prinsip belas kasih, tidak hanya untuk merasakan penderitaan sesama manusia, tetapi juga untuk membebaskan orang lain dari penderitaan hidup. Belas kasih pun dihadirkan dalam tindakan kemanusiaan—compassion in action, sesuai dengan petuah bijak dari dua Buddhis Franky O Widjaja dan Hong Thjin kepada para sukarelawan kemanusiaan lintas agama yang tergabung ke dalam Yayasan Buddha Tzu Chi.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Sukarelawan Kemanusiaan".
Baca Epaper Kompas