logo Kompas.id
›
Opini›Asketisme Muhammadiyah
Iklan

Asketisme Muhammadiyah

Faktor resiliensi dan dinamisasi Muhammadiyah, selain disebabkan kemampuan Muhammadiyah menjaga jarak dengan politik, juga tak terlepas dari asketisme Ahmad Dahlan. Etos ini terus diperlihatkan para tokoh Muhammadiyah.

Oleh
SYAMSUL ARIFIN
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/uwBdBpb0NwuPNHdYiZWAkcIf36I=/1024x576/https%3A%2F%2Finr-production-content-bucket.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com%2FINR_PRODUCTION%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F22%2F8b69c022-eca0-4ef1-8f2c-6553c227f01f_jpg.jpg

Ahmad Syafii Maarif, yang dikenal antara lain sebagai intelektual asketis-prolifik dan pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1998-2005), meninggalkan banyak catatan reflektif yang menggugah dan menggugat Muhammadiyah. Pada buku Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia (1993), misalnya, Buya Syafii Maarif—sapaan akrab semasa hidupnya—memberi pujian terhadap Muhammadiyah karena besarnya jumlah amal usaha yang disumbangkan untuk umat Islam dan kemanusiaan.

Buya Syafii Maarif juga mengungkapkan pandangan kritisnya terhadap Muhammadiyah, seperti ditulis dalam Menerobos Kemelut (2019). Pada bagian Kuntowijoyo (1943-2005) dan kritiknya terhadap Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif justru khawatir Muhammadiyah terbebani oleh banyaknya amal usaha, lalu abai terhadap pembaruan kualitatif sehingga Muhammadiyah belum bisa tampil sebagai gerakan Islam garda depan di Indonesia.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan